Minggu, 27 November 2016

APAKAH TASYAWUF/TORIKOT ITU....?

APAKAH THASAWUF ITU ???

Apakah orang yang berpakaian compang camping, tidak pernah mandi, kuku panjang, makan seadanya ...?  Tentu bukan.. !
thasawuf adalah hati kamu bersih dari penyakit-penyakit hati
Kamu selalu mengikuti yang benar, mengikuti Alquran dan mengikuti aturan agama
Kamu selalu terlihat khusyu beribadah karena Allah swt
Dan kamu selalu sedih merenungi atas dosa-dosa kamu sepanjang masa.



 بلالتصوف أن تصفو بلا  كدر  وتتبع الحق والقرءان والدينا
وأن تُرى خاشعا لله مكتئبا   على ذنوبك طول الدهر محزونـا


PENTINGNYA THASAWUF DALAM HIDUP KITA....!
Ada sebagian penceramah yang mengatakan Sholat, puasa, Dzikir, Sholaawat dan lain-lain adalah thoriqot atau jalan mendekat kepada Allah. Seolah-olah kita tidak perlu mengambil salah satu thoriqot yang seperti kita kenal. Benarkah demikian...? 

Beberapa penceramah pernah juga mengatakan, kita sebenarnya cukup belajar ilmu fiqih. Karena amalan thoriqot atau ilmu tasawuf adalah amalan para wali. Sedangkan kita orang awam bukan wali.
 Apa hukum berThoriqot...? 
Apa beda antara Thoriqot yang berbaiat dan amalan yang diambil dari kitab atau buku tanpa bai'at...? Apakah boleh mengamalkan thoriqot lebih dari satu...?

Perlu diketahui, thoriqot itu sangat luas. Saya tekankan, tarekat tidak bisa dilepaskan dengan syariat. Sholat,zakat dan haji itu semua adalah Syariatullah. Dalam thoriqot itu disebut menjalankan Syariatullah. Yang dimaksud disini adalah Thoriqotul ihksan .yaitu Thoriqot yang mengajarkan jalan kebajikan. Jangan salah membedakan syariat dan Thoriqot.
Suatu hari, bertanya sahabat Ali kepada Baginda Nabi,Ya Rasulullah, ajari kami jalan terbaik mendekatkan diri kepada Allah. (karena pada saat bertanya ada satu keterangan tentang bab iman, Islam dan ihksan). Kata Rasulullah, bersembah sujudlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah. Bila tidak mampu melihat, merasalah dilihat dan didengar oleh Yang Maha Kuasa.
Mampukah kita menumbuhkan perasaan yang demikian dihati kita..? Saya tidak mau mengatakan orang lain, tapi saya katakan diri saya sendiri. Saya itu kalau takbiratul ihkram Allahu Akbar pada waktu itu saja ingat seolah-olah menghadap Allah. Tapi setelah membaca Iftitah, bahkan waktu membaca Al Fatihah, kadang hati dan pikiran kita terbang melayang. Tidak merasa bahwa kita sedang dilihat dan didengar oleh Allah SWT.

 Menurut syariat, salat seperti itu sudah sah. Sebab syariat hanya mengatur bagaimana wuduknya tidak batal, pakaiannya yang dipakai itu sah. Itu cukup memenuhi kriteria syariat. Sedangkan di dalam kriteria kacamata thoriqot, tidak. Thoriqot mengatur bagaimana hati kita pada waktu menghadap Allah SWT, harus bersih dari yang lain. Sehingga merasa betul-betul bersih untuk bersembah sujud. Mampukah kita waktu sujud itu merasa sebagai hamba yang fakir? Tiada yang wajib aku sembah melainkan Engkau. Dan waktu bersembah sujud merasakan kekurangan yang ada pada diri kita. Nah itulah thoriqot. Itulah yang dimaksud ihksan.
Sehingga Sayidina Ali diajar Baginda Nabi, pada waktu menanyakan cara mendekat kepada Allah Rasulullah bersabda, Pejamkan matamu duduk yang baik dengan bersila. Lalu ia ditalkin oleh baginda Nabi, Laa ilaha illallah, Laa ilaha illallah, Laa ilaha illallah Muhammadun Rasulullah, SAW. Dari situ lahirlah yang dikenal ijazah dzikir/baiat, seperti yang diajarkan Baginda Nabi SAW.
Jika saja menjalankan ilmu syariat saja sudah dianggap cukup, mana mungkin Rasulullah SAW mengajarkan hal itu kepada Sayidina Ali.karromallahu wajhah, Padahal kita tahu siapa sebenarnya Sayidina Ali maupun Sahabat yang lain.(ketinggian derajatnya disisi Allah dan Rasul-Nya) Jadi harus dipisah, mana syariat mana thoriqot.

  Dalam syariat, berwudhu hanya sampai batas berwudhu, yang memenuhi syarat dan rukunnya saja. Menjaga wudhu agar tidak batal ; kentut, atau bersentuhan dengan selain muhrimnya. Itu syariat. Thoriqot tidak...! Anda dituntut menggunakan wudhu, bukan sekedar untuk shalat. Bagaimana akhlak orang berwudhu. Ketika kita sedang mengambil wudhu itu ada akhlaknya, ada adabnya. Bisakah wudhu membuat kita malu kepada Allah bila bermaksiat. Sedangkan tidak wudhu saja kita malu bermaksiat..! apalagi menggunakan air wudhu.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan Al Muktabarah adalah tarekat yang asalnya dari Baginda Rasulullah Saw. Ada jalurnya, istilahnya ada sanad atau silsilah. Ada tali temali, dari Baginda Nabi, sahabat lalu kepada awliya-awliya-Nya.
  Untuk pertanyaan yang terkait dengan ilmu fiqih, harus diketahui bahwa ilmu fiqih harus dipelajari terlebih dahulu oleh orang yang mau belajar ilmu Tasawuf/Thoriqot. Mereka ini hendaklah belajar ilmu syariat dulu dengan matang. Setelah itu baru melangkah ke dunia thoriqot, terus thasawufnya. Thoriqot thasawuf dan thoriqot dzikir itu hal yang berbeda. Kita harus mencapai thoriqot dzikir agar mencapai derajat Ihsan. Karena thoriqot tasawuf memerlukan orang yang alim betul dan cukup ilmunya. Kalau kita tidak mampu memahami dunia tasawuf, akibatnya bisa menyimpang. Terutama untuk memahami perkataan orang yang dekat dengan Allah (kaum Muqarabbin). Mereka ini kerap memakai bahasa yang tinggi, yang sukar dicapai pemahamannya dengan pengetahuan yang terbatas hanya syariat saja.
  Thoriqot akan menuntun kita memahami ihksan (kebaradaan diri sendiri). Dari sinilah kita belajar ilmu thoriqot. Dan kita tidak harus mengatakan bahwa ilmu thoriqot adalah ilmu wali (Itu thoriqot thasawuf), jadi thasawufnya dahulu. Kita mencapai ihsannya dahulu. Agar tidak tergolong manusia yang lalai kepada Allah TaAla, termasuk untuk menyambung hubungan antara salat Subuh dan salat Zuhur, salat Zuhur dan salat Ashar, salat Ashar dan salat Maghrib, salat Maghrib dan salat isya, kita mesti bertanya, ditengah-tengah salat itu ada apa, kita berbuat apa. Perbuatan kita itulah yang mengindikasikan apakah kita tergolong lalai atau tidak ?
Nah, thoriqot berperan disitu. Yaitu, agar ada kaitan misalnya antara subuh dan zuhur. Lantas menerapkannya pada realitas perbuatan kita terhadap sesama. Jangan sampai kita hanya merasa dilihat dan didengar oleh Allah hanya pada saat mengucap Allahu Akbar waktu takbiratul ihram pada sholat saja.
Kalau anda bertanya apa hukum berthoriqott, ada dua jawaban. 
1) hukumnya sunah kalau dasarnya berthoriqot dengan dasar supaya banyak zikir. 
2) hukumnya wajib kalau dasarnya untuk menjauhkan hati dari sifat yang tidak terpuji, seperti lalai kepada Allah hingga menimbulkan takabur, sombong, hasut, dan dengki dan semua yang berkaitan dengan penyakit hati,

   Baiat dalam tarekat adalah mengambil janji/sumpah setia. 
Sebagaimana sahabat mengambil janji terhadap Nabi SAW. 
1) yaitu berjanji meninggalkan perbuatan dosa besar dan mengurangi dosa kecil. Mengapa kita mengurangi dosa kecil...?  Karena dosa kecil bermula dari kelalaian dan menganggap enteng/remeh sesuatu amalan. Sehingga disebut mengurangi, supaya kita betul-betul tidak lalai, walaupun sekecil apapun. 
2)yaitu berjanji taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Awliya-Nya (para Wali Allah) dan Ulamak-Nya, mentaati Al Quran dan Hadist, mentaati negara dan pemerintahan. Ini yang disebut baiat. Baik antara pribadi dan Tuhannya, maupun pribadi dan Rasul-Nya SAW.
Mengamalkan awrad atau wirid sebaiknya yang di ijazah kan, tidak secara Ikhbar atau pemberitaan (kabar, seperti yang tertulis di kitab/buku-buku). Apalagi tidak melalui talkin (pengajaran langsung) dan baiat, 
dan tidak melalui guru yang jelas.
Sedangkan suatu ijazah doa atau pun membaca kitab tanpa guru, kadang akan salah memaknai nya. Termasuk tujuan yang ada didalam kitab. Karena kita hanya memahami secara pribadi, sebatas kemampuan sendiri. Maka sebaiknya melalui guru supaya kita tahu benar maksud-maksudnya (atas apa yang tertulis tertuang dalam kitab tersebut). 
Kalau dasarnya ada kemampuan, mengamalkan dua thoriqot sekaligus silahkan saja. Kalau tidak, tolong satu saja, karena itu lebih baik. Sebab thoriqot mempunyai Madad (pertolongan) dan asrar (rahasia) yang berbeda. Dikhawatirkan, dua magnet yang berbeda ini menimbulkan ketidak stabilan. Itulah maksud para ulama menduakan Thoriqot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar